Jumat, 20 Maret 2015

Ingin Sukses Kok Pesimis !

Lagi-lagi berbicara tentang kesuksesan, rasa-rasanya gak ada bosennya ya. Buat saya tidak akan pernah ada bosan untuk berbagi hal-hal yang bermanfaat untuk teman-teman semuanya. Semoga saja anda juga tidak bosan, membaca coretan-coretan sederhana saya di blog ini. Begini kawan saya ingin berbagi pengalaman sedikit terkait dengan kehidupan umum yang sering saya lihat di lingkungan sekitar saya.
Jujur saja dari dulu sampai sekarang saya paling hobi njangong/jagongan kalau istilah bahasa Indonesianya ngobrol. Kebiasaan ini bisa saya lakukan di mana saja. Bisa di warung kopi, pos ronda, di halte bus, di rumah dan lain-lan, tapi tidak saat bekerja tentunya, hehehe. Hobi mengobrol ini tidak hanya dengan teman sebaya, tapi sama yang lebih dewasa atau yang lebih muda pun saya suka. Di antara obroloan-obrolan yang paling saya sukai adalah tentang motivasi dan pengembangan diri.
Pernah suatau malam, saya bertemu dan ngobrol dengan bebarapa teman lama. Awalnya obrolan itu hanya obrolan biasa,  layaknya seorang teman yang sudah lama tidak ketemu. Tapi lama-lama obrolan kami semakin serius, karena ada salah seroang teman yang mengatakan demikian “kelihatannya sampeyan sekarang dah sukses?”. Saya sendiri tidak tahu apa alasan mereka mengatakan saya sukses, mungkin dilihat dari badanku kali, yang sedikit agak gemukan, hehehe. Kemuadian saya menjawab pertanyaan tersebut begini “Alhamdulillah kalau sampeyan bilang saya sukses”.
Sejenak kami saling diam, kemudian saya balik melanjutkan jawaban atas pertanyaan teman saya “Sampeyan juga sukses, buktinya tidak perlu merantau jauh-jauh sampeyan bisa mendapatkan penghasilan. Kalau saya rasanya tidak akan bisa sepertai sampeyan, kalau hanya tinggal di rumah. Karena itulah saya merantau, dengan harapan bisa merubah nasib”.Pembicaraan kamu terus belanjut hingga pada suatu keadaan di mana saya melihat salah satu teman saya yang begitu pesimis. Ketika saya berusaha memotivasi teman-teman saya yang lain, dia malah terkesan sangat merendahkan diri. Dia mengatakan dirinya gak punya kemampuan, orang miskin, orang bodoh yang tidak sekolah dan lain-lain. Saya melihat suatu sikap yang aneh pada diri teman saya yang satu ini.
Melihat sikapnya yang begitu, jujur saya jadi malas memberikan motivasi. Karena sedikit pun ia tidak merespon secara positif apa-apa yang saya katakan. Tapi saya tidak begitu saja menyerah, mungkin saja saya yang belum bisa menyentuh dirinya untuk mersepon secara positif. Pelan tapi pasti saya mencoba berampati terhadapnya, tapi hasilnya tetap nihil. Dari sikap dan respon yang ditunjukkan, saya pun mengambil kesimpulan bahwa teman saya pikirannya terpenjara dalam sebuah konsep hidup yang salah.
Memang hidup yang serba kekuranagn sering menjadikan orang pesimis dalam menatap masa depan. Bahkan ketika ada orang yang memberikan motivasi, mereka pun sulit memberikan respon. Hal itu terjadi sebenarnya bukan karena stimulus yang diterima kurang kuat, tapi karena mereka menutup dirinya sendiri dari pengaruh positif dari luar. Mereka terlanjur meyakini bahwa diri mereka akan selamanya begitu, tetap hidup susah dan tidak akan bisa berkembang.
Sungguh ironi memang, jika ada orang yang kekurangan tapi tidak mau membuka diri terhadap perubahan. Mereka terlanjur terdogma oleh pikiran-pikiran gagal yang selalu menghantui.Terus yang jadi pertanyaan, bagaimana mengatasi hal ini? Tidak mudah memang memberikan motivasi kepada orang yang seperti ini. Yang dibutuhkan hanya satu sikap mau terbuka terhadap perubahan. Orang seperti ini harus memulai semua dari dirinya sendiri. Mereka harus merasa butuh akan motivasi dan pencerahan. Sedangkan untuk menimbulkan kebutuhan ini, seseorang harus mampu melihat dirinya secara positif. Melihat diri sebagai makhluk yang memiliki berbagai macam potensi yang bisa dikembangkan. Jadi janganlah kita menutup diri dan mengungkung diri kita dalam penjara pikiran yang salah. Mulai saat ini mulailah memandang diri positif, lihat lah kegagalan sebagai cambuk untuk meraih kesuksesan. Saya yakin semua orang ingin maju, ingin sukses, ini popular, ingin diakui eksistensiya. Apakah itu hanya akan menjadi sekedar keinginan? Jawaban ada di dalam diri kita sendiri. So, carilah jawaban itu.

0 komentar:

Posting Komentar