Rabu, 18 Maret 2015

Menemukan Kebahagiaan Dalam Keadaan yang Terburuk Sekalipun

Hidup itu tidak selamanya lurus, terkadang ada juga yang namanya tikungan-tikungan tajam yang membuat kita tersungkur jatuh tak berdaya. Dalam ketidakberdayaan itu ada dua kecenderungan yang kita lakukan menyerah dengan nasib atau bangkit dari ketidakberdayaan.
Saya yakin teman-teman semua pasti setuju bahwa hidup itu penuh dengan ujian. Barang siapa bisa menghadapi ujian tersebut dengan baik, maka ia akan memiliki kualitas hidup satu level lebih baik. Sebagai manusia biasa kita hanya bisa berharap kepada Tuhan supaya kita selalu diberi kekuatan dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan. Termasuk apabila kita mendapatkan ujian hidup atau masalah yang berat.
Hari ini saya membaca sebuah artikel di andriewongso.com tentang kisah seorang barista. Barista itu, sebutan lain untuk seorang pelayan. Seorang pelayan? Ya seorang pelayan, namun pelayan ini bukan pelayan sembarangan. Usianya sudah termasuk senja, sekitar kurang lebih 60 tahun. Sebelum jadi pelayan dia adalah creative director J Walter Thompson Company, sebuah perusahaan iklan terbesar di dunia.
Ketika ia berada di puncak karier, ia diuji dengan ujian yang bertubi-tubi. Pertama ia dipecat dari perusahaan tempat dia bekerja, setelah itu ia membangun usaha sendiri, tapi bangkrut. Kemudian ia diceraikan istrinya dan yang lebih  parah ia juga menderita tumor otak. Dalam keadaan yang seperti itu tidak memiliki siapa-siapa. Hingga akhirnya ia melamar kerja di sebuah gerai kopi Starbucks sebagai pelayan. Dirinya mengaku bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan terendah yang pernah ia lakukan. Namun setelah beberapa hari ia malah menemukan sesuatu yang beda di gerai tersebut, setiap orang saling interaksi satu sama lain dengan sangat baik, bahkan ketika ia menghidangkan kopi ke pelanggan ia merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri dalam hidupnya.
Satu hal lain yang ia temukan adalah kebebasan, yang mungkin tidak pernah ia temukan selama bekerja sebagai creative director di sebuah perusahaan. Menjadi barista membuat dirinya lebih punya banyak waktu, sehingga ia mampu membuat sebuah buku yang berjudul How Starbucks Saved My Life. Buku sangat diminati oleh banyak orang. Dari situ ia diundang berbagai instansi untuk mengupas buku dan sharing motivasi.
Menurutnya, ia telah menemukan pelajaran dalam hidup. “Kehilangan banyak hal telah membebaskan saya untuk menjadi saya yang sebenarnya.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari narasi di atas? Menurut saya ada satu hal “kebahagiaan”. Untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan, kita tidak harus menjadi orang yang kaya raya. Dalam keadaan apapun kita semua bisa menemukan kebahagiaan, meskipun dalam kondisi yang terburuk sekalipun.
Sekarang Anda tidak bisa menolak, bahwa kebahagiaan itu bisa dimiliki oleh siapa saja, apapun profesinya. Jadi tidak perlu lagi Anda mengeluh tentang pekerjaan Anda atau kondisi Anda saat ini. Untuk menjadi bahagia Anda hanya perlu mensyukuri hidup dan melihat segala ujian atau masalah yang datang sebagai bentuk ujian yang akan mengantarkan kita pada level hidup yang lebih baik.
Itulah satu pelajaran berharga dari Michael Gates Gill yang bisa kita renungkan. Semoga Anda menemukan kebehagiaan yang Anda dambakan.

0 komentar:

Posting Komentar