Hidup itu tidak selamanya lurus, terkadang ada juga yang namanya
tikungan-tikungan tajam yang membuat kita tersungkur jatuh tak berdaya.
Dalam ketidakberdayaan itu ada dua kecenderungan yang kita lakukan
menyerah dengan nasib atau bangkit dari ketidakberdayaan.
Saya yakin teman-teman semua pasti setuju bahwa hidup itu penuh
dengan ujian. Barang siapa bisa menghadapi ujian tersebut dengan baik,
maka ia akan memiliki kualitas hidup satu level lebih baik. Sebagai
manusia biasa kita hanya bisa berharap kepada Tuhan supaya kita selalu
diberi kekuatan dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan. Termasuk
apabila kita mendapatkan ujian hidup atau masalah yang berat.
Hari ini saya membaca sebuah artikel di andriewongso.com tentang
kisah seorang barista. Barista itu, sebutan lain untuk seorang pelayan.
Seorang pelayan? Ya seorang pelayan, namun pelayan ini bukan pelayan
sembarangan. Usianya sudah termasuk senja, sekitar kurang lebih 60
tahun. Sebelum jadi pelayan dia adalah creative director J Walter Thompson Company, sebuah perusahaan iklan terbesar di dunia.
Ketika ia berada di puncak karier, ia diuji dengan ujian yang
bertubi-tubi. Pertama ia dipecat dari perusahaan tempat dia bekerja,
setelah itu ia membangun usaha sendiri, tapi bangkrut. Kemudian ia
diceraikan istrinya dan yang lebih parah ia juga menderita tumor otak.
Dalam keadaan yang seperti itu tidak memiliki siapa-siapa. Hingga
akhirnya ia melamar kerja di sebuah gerai kopi Starbucks sebagai
pelayan. Dirinya mengaku bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan terendah
yang pernah ia lakukan. Namun setelah beberapa hari ia malah menemukan
sesuatu yang beda di gerai tersebut, setiap orang saling interaksi satu
sama lain dengan sangat baik, bahkan ketika ia menghidangkan kopi ke
pelanggan ia merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri dalam hidupnya.
Satu hal lain yang ia temukan adalah kebebasan, yang mungkin tidak pernah ia temukan selama bekerja sebagai creative director
di sebuah perusahaan. Menjadi barista membuat dirinya lebih punya
banyak waktu, sehingga ia mampu membuat sebuah buku yang berjudul How Starbucks Saved My Life. Buku sangat diminati oleh banyak orang. Dari situ ia diundang berbagai instansi untuk mengupas buku dan sharing motivasi.
Menurutnya, ia telah menemukan pelajaran dalam hidup. “Kehilangan
banyak hal telah membebaskan saya untuk menjadi saya yang sebenarnya.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari narasi di atas? Menurut saya
ada satu hal “kebahagiaan”. Untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan, kita
tidak harus menjadi orang yang kaya raya. Dalam keadaan apapun kita
semua bisa menemukan kebahagiaan, meskipun dalam kondisi yang terburuk
sekalipun.
Sekarang Anda tidak bisa menolak, bahwa kebahagiaan itu bisa dimiliki
oleh siapa saja, apapun profesinya. Jadi tidak perlu lagi Anda mengeluh
tentang pekerjaan Anda atau kondisi Anda saat ini. Untuk menjadi
bahagia Anda hanya perlu mensyukuri hidup dan melihat segala ujian atau
masalah yang datang sebagai bentuk ujian yang akan mengantarkan kita
pada level hidup yang lebih baik.
Itulah satu pelajaran berharga dari Michael Gates Gill yang bisa kita renungkan. Semoga Anda menemukan kebehagiaan yang Anda dambakan.
Rabu, 18 Maret 2015
Menemukan Kebahagiaan Dalam Keadaan yang Terburuk Sekalipun
17.52
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar